Kehadiran Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat
Jenderal Pramono Edhie Wibowo dalam Rapat Kerja Kementerian Pertahanan
dengan Komisi I DPR, Selasa (24/1/2012), sudah dinanti-nanti. Wakil
rakyat pun menyiapkan puluhan pertanyaan yang sebagian besar mengarah
pada ketidaksetujuan mereka atas rencana TNI AD membeli main battle tank.
Yang
terjadi, Pramono selama 20 menit, dengan kemampuan retorikanya, membuat
sebagian anggota Komisi I DPR terdiam. Ia memaparkan kondisi alat utama
sistem persenjataan (alutsista) TNI AD. Mereka yang hadir seperti
menahan napas dan sesekali bertepuk tangan.
Pramono memulai
kisahnya dari alokasi anggaran untuk modernisasi peralatan TNI AD
senilai Rp 14 triliun. Ia lalu mengadakan studi, meninjau kondisi
geopolitik dan perimbangan kekuatan di kawasan, serta komparasi kekuatan
angkatan darat sejumlah negara dilihat dari jumlah prajurit dan
alutsista yang dipakai. Indonesia tertinggal jauh.
Disimpulkan, alokasi anggaran akan dibelikan main battle tank (MBT),
rudal antipesawat, dan peluncur roket multiperan. Rudal antipesawat
milik TNI AD saat ini dibuat tahun 1960 dan tidak mampu lagi mengejar
pesawat yang saat ini kecepatannya sudah supersonik. ”Meriam dari
ditangani letnan dua yang baru lulus sampai letnan itu pensiun,
meriamnya masih harus bekerja,” ceritanya.
Pramono bercerita
bagaimana ia meminta masukan dari atase pertahanan sampai pengguna.
”Biasanya yang diminta tak dibelikan, yang dibelikan tak dibutuhkan.
Saya ingin mengubah ini,” katanya.
Untuk survei pembelian MBT
Leopard, tim TNI AD yang dipimpin Wakil KSAD Letnan Jenderal Budiman
dikirim ke Eropa. Belanda menawarkan 100 tank Leopard karena akan
menghapus satu divisi tank demi penghematan. Harga yang diperoleh TNI AD
lebih murah dibandingkan dengan informasi dari rekanan di Indonesia.
”Salahkah kami kalau dengan 287 juta dollar AS dari 44 tank ternyata
bisa dapat 100 unit?” katanya.
Walaupun ada tentangan dari
Parlemen Belanda, ada tim dari Kementerian Pertahanan Belanda datang ke
Indonesia menemui Pramono. Mereka bertanya apakah Indonesia serius ingin
membeli MBT Lepoard. Pramono menjawab, ”Belanda jual, aku beli. Belanda
tidak jual, aku pergi. Kita tak akan mengemis.”
Pramono
menegaskan, rencana pembelian Leopard itu masih dipelajari, tetapi sudah
mendapat sorotan dari sejumlah negara. Ia meminta maaf kalau sekiranya
kemampuan komunikasinya kurang sehingga menimbulkan salah persepsi dari
Komisi I DPR. Proses berlanjut dengan adanya undangan resmi Pemerintah
Belanda kepada TNI AD. Jerman juga datang ke Indonesia untuk
bernegosiasi.
Pidato Pramono ditunjang tim TNI AD yang menampilkan
diagram dan foto di layar. Tampak foto militer Malaysia sedang latihan
perang di utara Kalimantan. Penyamaan dengan Malaysia dan Singapura yang
memiliki tank kelas berat menjadi alasan utama TNI AD. Di Asia Tenggara
hanya Timor Leste, Filipina, dan Indonesia yang tak memiliki tank kelas
berat.
Ia juga menegaskan, kepemilikan senjata utama yang kuat akan menaikkan wibawa bangsa. ”Lu cabut patok, gue sikat,” katanya, yang mendapatkan tepuk tangan panjang dari hadirin.
Menteri
Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus
Hasanuddin, dan Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq memberikan apresiasi.
”Ada ungkapan yang saya demen, Pak. Luar biasa. ’Lu cabut patok, gue sikat’,” kata Mahfudz.
Anggota
Komisi I DPR, Tri Tamtomo, Susaningtyas Kertopati, dan Enggartiasto
Lukito, mengaku terkesima dengan penjelasan KSAD. Tampaknya jalan tank
dari Belanda itu akan mulus. (Edna C Pattisina)
Sumber : Kompas Cetak
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !