JAKARTA - Media sosial (medsos) yang menjadi wadah berita hoax, nyatanya bukan menjadi satu-satunya alasan hoax marak beredar. Ketertarikan pengguna medsos atau masyarakat untuk menyebarkannya turut menjadi pendukung merajalelanya berita hoax.
Judul yang menarik mampu menggiring masyarakat untuk
membagikannya. Oleh karenanya, masyarakat diminta menyortir dan membaca
berita terlebih dulu sebelum menyebarkannya.
Survei Masyarakat Telekomunikasi Indonesia (Mastel) pada 7 Februari
2017, berhasil merangkum alasan masyarakat menyebarkan berita hoax.
Sebanyak 47,10% responden mengaku bahwa mereka meneruskan berita heboh
karena mengira berasal dari sumber yang tepercaya. Sebanyak 31,90%
mengira bahwa berita yang ditemukannya bermanfaat bagi orang lain.
Sedangkan sebagian lainnya yakni 18%, menganggap bahwa berita
yang diteruskan tersebut adalah benar. Sejatinya, hal itu dapat terlihat
dari data langsung atau setidaknya seseorang dapat mengenali berita hoax.
Masih dalam survei yang sama, sebanyak 54% responden nyatanya
mengaku masih ragu-ragu akan kebenaran sebuah berita atau informasi.
Selain itu, sebagian dari mereka (18%) juga mengaku tidak mengetahui
bahwa berita tersebut benar atau tidak.
Hanya 28% masyarakat yang mengetahui kebenaran suatu berita.
Menariknya, mereka pun punya cara masing-masing dalam menverifikasi
sebuah berita.
Ada yang menelusurinya terlebih dahulu di internet (83%), ada
yang menanyakannya kepada orang yang dianggap tahu (48,60%),
memeriksanya melalui media massa (44,30%), dan ada pula yang
memeriksanya di media sosial (36,80%).
http://techno.okezone.com
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !